INOVASI (pengembangan dari kreatifitas) DALAM RANGKA MENDUKUNG
EXPORTPREUNEURSHIP MENUJU
PERSAINGAN PASAR EKSPOR
Kemajuan
tehnologi dan perkembangan dunia usaha yang sedemikian majunya tidak bisa
dibendung dan dihindari. Persaingan ini sudah bersifat global yang tidak hanya melibatkan individu
tetapi juga terkait dengan kondisi ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Kemajuan
ekonomi suatu negara selain merupakan tolok ukur dari keberhasilannya
menempatkan posisinya dalam kancah persaingan ekonomi dunia tetapi juga
merupakan tolok ukur kemakmuran dan kemajuan ekonomi rakyatnya secara
keseluruhan.
Salah satu
indikator kemakmuran menurut Dr. David Mc Cleland dalam bukunya “Achieving society” dikatakan
bahwa negara bisa makmur apabila minimal 2% dari penduduknya menjadi pengusaha.
Ternyata teorinya pada saat ini masih menjadi indikator yang dipakai sebagai acuan bagi indikator
dalam dunia ekonomi khususnya di bidang bisnis .
Sebagai
perbandingan, menurut sumber Kompas bahwa tahun 2012 Indonesia jumlah pengusaha
Indonesia hanya sebesar 1,56 persen dari
jumlah penduduk, sedangkan di Malaysia mencapai 4 persen, Thailand 4,1 persen
dan Singapura telah mencatat 7,2 persen. Pemerintah dalam hal ini menargetkan
untuk mengingkatkan jumlah pengusaha di Indonesia menjadi lebih dari 2% di
tahun 2015 ini dan sebagai gambaran bawah Tahun 2014 lalu tercatat 1,65 persen
wirausaha di Indonesia. Bandingkan juga dengan negara negara maju lainnya yang
jumlah pengusahanya di atas 10% seperti Amerika Serikat, China, Jepang dan
Singapore
Target
pencapaian jumlah pengusaha di atas 2% yang dicanangkan pemerintah hanya akan
menjadi simbolik yang semu bila tidak didukung oleh semua pihak terutama
masyarakat Indonesia dan khususnya adalah generasi generasi muda yang notabene
adalah sebagai penerus tongkat
estafet bagi dunia enterpreuneurship negara ini. Dalam
era perdagangan bebas nanti dibutuhkan banyak pengusaha pengusaha yang tidak
hanya jago kandang alias hanya puas dengan local market di negaranya sendiri
tetapi berorientasi kepada International Market.
Penulis dalam
hal ini tidak mengesampingkan keberhasilan pengusaha di dalam negeri dan
keberhasilan usaha kecil dan menengah di dalam menopang dan mengurangi tingkat
pengangguran, tetapi untuk menghadapai era globaliasi ini target pencapaian
pemerintah tidak hanya berkutat dan puas pada indikator angka 2%. Yang
terpenting dari akar permasalahannya adalah bagaimana menciptakan para
enterpreuneur (wirausaha) yang
berorientasi kepada pada pasar internasional dan mempunyai pribadi dan tekad kuat di dalam menghadapi
pasar ekspor yang semakin kompetitif? Bagaimana menciptakan pengusaha pengusaha
yang punya kreatifitas dan inovasi yang tinggi? .
Dalam perspektif
perkembangannya “Arief Rahmana” mengemukakan, UKM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :
1. Livelihood
Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah
pedagang kaki lima
2. Micro
Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki
sifat kewirausahaan
3. Small Dynamic
Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu
menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving
Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan
melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
Berkaitan dalam
enterpreuneurship ini penulis tertarik untuk memfokuskan klasifikasi wirausaha pada
point 3 dan 4 yaitu Small Dynamic dan Fast Moving Enterprise. Pengusaha pada
tahapan 3 dan 4 ini adalah pengusaha yang mempunyai kemauan dan jiwa
enterpreunership yang tinggi dan kemauan untuk bersaing di pasar internasional,
dalam tulisan ini penulis menyebut sebagai exportpreuneurship.
Dari banyaknya
teori tentang bagaimana persyaratan serta karakteristik yang harus dimiliki
untuk keberhasilan menjadi seorang wirausaha, penulis dalam hal hanya berfokus
pada salah satunya, yaitu Inovasi yang merupakan pengembangan dari kreatifitas.
Kreatifitas dan Inovasi merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang entrepreneurship agar mampu
bersaing dan mengembangkan bisnisnya tidak hanya untuk sekarang tapi juga di
masa akan datang. Kreatifitas dapat diartikan adalah
proses kegiatan untuk menciptakan sesuatu yang baru, unik, disukai dan memilki
nilai jual. Sedangkan inovasi merupakan suatu gagasan, ide bagi pengembangan suatu
produk dan jasa sehingga mampu bersaing dengan produk produk lainnya.
Dengan kata lain
walaupun mempunyai pengertian sedikit berbeda tetapi kedua kegiatan itu
mempunyai persamaan yaitu bahwa Inovasi merupakan bagian dari kreatifitas dan
kreatifitas itu sendiri tidak akan maju dan berkembang tanpa adanya inovasi, maka
dari itu keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam tulisan ini penulis mempersempit
pembahasan pada pentingnya inovasi karena terjadinya inovasi itu sendiri adalah
hasil dari pengembangan kreatifitas yang sudah ada/diciptakan oleh seorang
wirausaha. Kreatifitas untuk
menciptakan sesuatu yang baru memang amatlah sulit, karena dalam
perkembangannya saat ini sudah banyak tersedia hasil produk kreatifitas oleh
para kreator terdahulu, maka Inovasi lah yang diperlukan untuk mengembangkan
hasil kreatifitas tersebut.
Sedangkan dalam
penyebutan Exportpreuneurship dalam
tulisan ini dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan sesorang dalam mengembangkan suatu produk
dan jasa dengan cara menggabungkan semua
faktor faktor produksi dengan effisien dan
mampu bersaing untuk menembus pasar internasional yang semakin kompetitif dan dinamis.
Dr. Mohamma
Faisal Amir, dalam bukunya “Kreativitas dan Inovasi dalam bisnis” membagi inovasi dalam bentuk : Inovasi
produk, tehnologi, manusia, organisasi, pasar, bisnis , global dan sistim
informasi. Dari bentuk inovasi ini yang paling utama adalah bagaimana untuk
terus mengembangkan inovasi atas produk dan jasa yang sudah dihasilkan agar
menjadi produk yang mampu bersaing baik di tingkat pasar lokal maupun
internasional.
Secara global
produk dan jasa yang mampu bersaing terutama di dunia internasional adalah
produk dan jasa yang dihasilkan dengan tingkat kreatifitas dan invovasi yang
tinggi dan terus menerus dikembangkan dan diperbaharui sehingga tetap eksis di
dalam persaingan, apalagi bila didukung dengan
perkembangan tehnologi yang semakin canggih serta pengembangan di dalam
bentuk bentuk inovasi lainnya. Hampir Semua negara negara yang telah berhasil menembus
pasar internasional adalah mereka yang memiliki para exportpreuneurship yang
mempunyai produk dan jasa dengan tingkat inovasi yang tinggi sehingga
menghasilkan produk dan jasa yang unggul dan menembus pasar dunia.
Begitu
pentingnya inovasi di era ini dapat kita lihat di dalam laporan dari world
forum economic forum yang membuat laporan mengenai Global Competitiveness Index secara berkala
setiap tahun yang mana membagi 3 sub-index di dalam menuju suatu persaingan. Dari masing masing 3 sub-index ini kemudian
dipecah menjadi 12 pilar tahapan yang dilalui yang masing masing pilar akan
mengasilkan 3 output yaitu : Key for factor-driven
economies, Key for efficiency-driven
economies dan Key for innovation-driven
economies. (lihat dari figure 1 – sumber : Global Competitiveness Index from
Wold Economics Forum Geneva))
Jadi Business sophistication dan Inovation yang terletak pada pilar 11 dan
12 pada Global Competitiveness Index di atas dalam hal ini yang hasil outputnya
adalah Innovation-driven mempunyai kedudukan tertinggi dan indikator bagi
keberhasilan sistim ekonomi secara keseluruhan dalam suatu negara. Negara
negara maju saat ini adalah yang mampu mengembangkan inovasi pada produk maupun
jasanya dan menjadikannya unggul di dalam pasar internasional sehingga negara
tersebut makmur.
Kemudian Global Competitive
Index ini diperjelas kembali dalam table Stage of Development yang mana pada
setiap tingkatan (stage) ini suatu negara harus melalui masa transisi
(transition stage). Dalam stage tahun ini Indonesia berada di dalam stage 2
yaitu : efficiency driven yang mana dalam stage ini Indonesia harus tetap
mempertahankan 1 sampai 10 pilar yang sudah dicapai agar mampu menuju stage
selanjutnya yaitu transition dan terakhir adalah Inovation-driven. (lihat tabel dibawah)
|
|
|
|
|
Untuk ranking
keseluruhan ditingkat dunia pada periode 2013- 2014 Indonesia berada pada
urutan 38 dan mengalami peningkatan di tahun periode 2014-2015 berada di urutan
34 (lihat dalam table laporan GCI). Dan kita berharap bahwa di tahun 2015 ini
yang mana pemerintah sedang mencanangkan untuk mengenjot percepatan dunia usaha
baik usaha kecil maupun menengah khususnya, sehingga jumlah pengusaha di Indonesia akan melampaui target 2%
.
Kembali ke pokok
permasalahan mengenai Inovasi yang merupakan hasil pengembangan dari
kreatifitas dimana untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi suatu negara tidak
terlepas dukungan para exporpreuneurship yang unggul didalam persaingan baik di
dalam maupun di luar negeri. Dan hal ini tentunya juga tidak terlepas dari
peran pemerintah baik dalam penyediaan infrastruktur maupun suprasrukturnya
yang dapat tergambar di dalam 10 pilar yang sudah dicapai Indonesia agar menuju
12 pilar terakhir yaitu Innovation Driven. Salah satu yang masih dalam tahap
pembenahan yang
penulis soroti yaitu kemudahan birokrasi,
penegakkan hukum yang jelas dan infrastruktur yang mempermudah dunia usaha di
Indonesia, walaupun masih berjalan tersendat sendat tetapi penulis berharap pemerintah
yang baru ini akan konsisten untuk mempercepat kemudahan dalam erbagai bidang terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan
kemudahan produk ekspor.
Berkaitan dengan pengembangan para eskportreunership-eksportpreuneurship
muda saat ini, salah satunya juga pemerintah khususnya sangat menunjang mata
kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi. Di Indonesia
sendiri mata kuliah Kewirausahaan saat ini sudah banyak dikembangkan di
kalangan perguruan tinggi serta akademi akademi, bahkan ada beberapa perguruan tinggi membuka prodi
Kewirausahaan dalam jurusannya. Mata kuliah ini menjadi
perhatian khusus dengan didirikannya bisnis bisnis incubator serta pengadaan
pameran pameran dagang di lingkungan kampus itu sendiri. Tetapi semua hal
tersebut belum masih dalam tahap bagaimana menjadikan para mahasiswa tertarik
menjadi pelaku usaha dan belum mengarah kepada bagaimana mengadakan pembinaan
dan mempersiapkan tambahan pengetahuan tentang dunia ekspor dan menjadikan para
mahasiswa ini menjadi exportpreuneurship yang tangguh dan sanggup menciptakan
ide dan inovasi dari produk dan jasa yang bersaing di pasar internasional.
Untuk menciptakan
para eksportpreuneurship ini pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden
Republik Indonesia yang berkoordinasi melalui para menterinya seperti menteri
perdagangan, Industri dan Koperasi yang masing masing melalui departementnya
berusaha untuk memfasilitasi program program yang berkaitan dengan hal ini. Salah
satu contohnya adalah program dari Departemen perdagangan dalam melalui
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui lembaga PPEI (Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia) mengadakan pembinaan para calon eksportir yang ingin maju dengan
mengembangkan Coaching Program selama kurang lebih 1 tahun para calon eksportir
yang telah terseleksi ini akan diberikan bimbingan, konsultasi dan di arahkan dari mulai
mempromosikan produknya hingga siap ekspor, selain itu juga mengadakan pameran produk
Indonesia secara berkala di kawasan
Kemayoran dengan mengundang para buyer buyer dari berbagai negara agar mereka
tidak hanya berkunjung tetapi juga bisa terjadi transaksi yang menguntungkan
bagi ke dua belah pihak , memfasilitasi
calon calon eksportir untuk bisa bernegosiasi langsung dengan para buyer di
luar negeri dan terakhir pada tahun
ini pula di gedung PPEI kawasan Grogol didirikan pusat desain yang membantu
para eksportir di dalam mengembangkan desain dari mlai produk hingga
pengemasannya(packaging). Departemen Koperasi juga
mencanangkan program pengembangan untuk UKM dengan target menjadikan produk
mereka memiliki daya saing di tingkat internasional dan mempunyai gedung sebagai sarana pusat
pengembangan usaha kecil dan menengah yag terletak di kawasan pancoran. Banyak
contoh contoh dari lembaga lembaga lainnya baik LSM maupun partai politik yang
sudah banyak membantu mengembangkan para calon eksportpreuneurship kita.
Dalam kaitan
dengan pilar pilar ekonomi dalam laporan CGI terhadap global competitive
khususnya Indonesia, dimana untuk pencapaian target hingga 2,5% minimal jumlah
entrepreneurship di Indonesia, maka pemerintah harus terus membenahi berbagai
sektor sektor yang dapat mendukung
tercapainya semua itu, diantaranya :
-
Peningkatan infrastruktur yang
meliputi prasarana jalan, pelabuhan, penyediaan fasilitas dan prasarana
kegiatan pameran dagang.
-
Penyederhaan prosedur perizinan,
kemudahan ekspor, konsultasi dan pelayanan bisnis bagi masyarakat dan lain
lain.
-
Pembinaan dan kerjasama dengan
sekolah sekolah dan perguruan perguruan tinggi yang berorientasi untuk
mengembangkan kurikulum yang berbasis menciptakan lulusan siap kerja, mandiri,
menjadi eksportpreuneurship yang siap menghadapi persaingan di pasar
internasional.
-
Membuka perluasan kerjasama
dalam bidang perdagangan dengan negara negara lain yang tujuannya membuka pasar
seluas luasnya bagi para eksportpreuneurship serta membantu promosi produk
produk masyarakat Indonesia agar diketahui dan diterima di negara negara lain.
-
Peningkatan teknologi yang
mendukung kemudahan bisnis di Indonesia khususnya serta kemudahan perdagangan
luar negeri umumnya.
Saat ini secara keseluruhan, dunia usaha
Indonesia sudah mulai menggeliat dan mampu menopang perekonomian Indonesia serta menciptakan alternatif penyerapan
angkatan kerja di sektor informal. Tetapi dalam
rangka menuju persaingan yang semakin ketat ini masih terus diperlukan
pengembangan dan pembinaan agar pemerintah dapat menciptakan para
exporpreneurship yang sanggup bersaing baik di alam kancah di dalam negeri
maupun di luar negeri. Apalagi menyambut era perdagangan bebas yang akan kita
hadapi di tahun mendatang, bahkan tidak mungkin tanpa usaha keras dari semua
pihak pemerintah akan gagal mencapai target minimal jumlah enterpreunership
yang telah ditetapkan.
Terakhir kita
berharap bahwa dalam pemerintahan sekarang ini yang dipimpin oleh Jokowi sesuai
dengan janji serta visi dan misinya yang
mengutamakan rakyat, dapat memberikan kebijakan kebijakan yang
menciptakan pemerintahan yang bersih dan solid serta mendukung kemudahan dunia usaha untuk dapat membuka pasar seluas luasnya bagi
pengembangkan para eksportpreuenurship muda
yang siap menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas di tahun
tahun mendatang. Semoga dengan
dukungan berbagai pihak juga akan lahir inovator inovator muda yang siap bersaing
dan mampu menempatkan produk produk Indonesia menjadi salah satu produk yang
diakui dan diminati oleh masyarakat dunia.
Jakarta, 30 Juni 2017
Penulis
Sri Handoko
Sakti SE., MMtr
Dosen Universitas Bunda Mulia, STEI Rawamangun dan Fasilitator Pusat Pelatihan Ekspor
Indonesia, Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Ekspor Nasional DEPERINDAG